• RSS
  • Gunadarma
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis

Followers

Total Pageviews

About Me

Kosong 1

belom diisi

Kosong 2

SABAR YAA

10 Hal Untuk Menuju Hidup Yang Indah

Hiduplah dengan cinta ,mencintai hidup, mencintai sesama, dan seluruh alam semesta akan membuat hidup kita akan terasa lebih hangat dan indah luar biasa

Kosong 4

ntar klo ada waktu

Kosong 5

masih lama

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Dengan kriteria yang seperti itu, maka dapatlah dikatakan bahwa menyalin atau mengkopi huruf-huruf atau menyusun atau menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang tersebut tidak memahami bahasa beserta representasinya (Lado, 1979: 143).
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berfikir. Juga menolong kita berfikir kritis, mempermudah kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang actual. Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Secara singkat, D’Angelo (1980: 5) menyatakan bahwa menulis adalah belajar berfikir dalam dengan cara tertentu.
Menulis dilihat dari segi haikatnya dapat dibagi atas tiga aspek. Yakni (1) menulis sebagai proses berpikir, (2) menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas, (3) menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangkaian aktivias berkaitan erat dengan membaca.


1. Menulis sebagai Keterampilan Proses
Menulis merupakan suatu proses menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk tertulis, Rubin (1995:128) menggolongkannya sebagai proses berfikir. Dan lebih luas Murray menyatakan bahwa menulis adalah proses berfikir yang berkesinambungan, mencobakan, dan mengulas kembali (dalam Temple, 1993). Menulis sebagai proses berpikir bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berpikir. Proses berpikir menurut Moore dkk. (1986) memiliki sejumlah esensi: mengingat, menghubungkan, memonitor, mereviu, mengevaluasi, dan menerapkan. Melalui proses berpikir, gagasan yang dituangkan ke dalam kalimat/paragraf dapat dianalisis kelogisannya. Rubin (1995) mengemukakan bahwa dengan menulis mendorong kita untuk memperhatikan kelogisan penyusunan kata dalam kalimat dan kalimat dalam paragraf.
Menulis dan proses berpikir berkaitan erat dalam menghasilkan suatu karangan yang baik. Dan karangan yang baik merupakan manifestasi dari keterlibatan proses berpikir. Dengan demikian, proses berpikir sangat menentukan lahirnya suatu karangan yang berkualitas. Syafi’ie (1988) mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Hal itu berarti bahwa penulis harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Tanpa melibatkan proses berpikir rasional, kritis, dan kreatif akan sulit menghasilkan karangan yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Pappas (1994) mengemukakan bahwa menulis sebagai proses berpikir merupakan aktivitas yang bersifat aktif, dan penuangan makna. Pada saat menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis, dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat terpahami pembaca dengan baik.

2. Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas
Menulis sebagai proses berpikir yang menghasilkan kreativitas berupa karangan, baik karanga ilmiah maupun karangan yang berbau sastra. Karangan sebagai bukti kreativitas diperoleh melalui serangkaian aktivitas menulis. Rangkaian aktivitas menulis adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Willis dkk. (1989) dan Tompkins (1994) yakni: pramenulis, pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Menurut Rofi’uddin (1997) menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Sedang menurut Graves, rangkaian aktivitas tersebut tidak dilaksanakan secara linear tetapi secara rekursif-simultan (dalam Cox dan Zarrillo, 1993). Artinya, pada saat satu tahapan telah dilakukan dan tahap selanjutnya akan dikerjakan, siswa dapat kembali pada tahap sebelumnya.
Menulis sebagai proses berpikir yang tediri atas serangakian tahapan dikaitkan dengan pembelajaran, memebri kesempatan bagi siswa untuk memperoleh bimbingan dari guru secara nyata untuk mencapai keterampilan menulis yang diharapkan. Melalui tahapan tersebut siswa dapat mengetahui keterbatasannya secara jelas dan sekaligus berupaya meningkatkan kemampunaanya secara bertahap dan berkesinambungan.

3. Menulis sebagai proses berpikir meliputi serangkaian aktivitas berkaitan erat dengan membaca
Menulis sebagai proses berpikir yang terdiri atas serangakaian aktivits berkaitan erat dengan membaca. Hal itu dapat (1) dilihat dari segi sebelum menulis diperlukan berbagai pengetahuan awal dan informasi yang berkaitan dengan topik yang didrafkan. Untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan tersebut, membaca merupakan sarana yang paling tepat, (2) dilihat dari segi saat-setelah menulis, membaca merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kegiatan menulis pada tahap perbaikan, penyuntingan. Penulis pada dasarnya adalah membaca berulang-ulang terhadap tulisannya. Burn, Roe, Ross (1996:383) mengemukakan bahwa membaca dan menulis saling mendukung satu dengan lainnya. Demikian pula, Rubin (1995) mengemukakan bahwa menulis membentuk siswa menjadi penganalisis yang handal apada sat membaca… penulis sekaligus sebagai pembaca yang melihat secara menyeluruh gagasannya dan mencoba menentukan apa yang ditulisnya memiliki makna dan diekspresikannya secara akurat apa yang ingin disampaikannya.
Pappas (1994) mengemukakan bahwa menulis sebagai proses merupakan aktivitas yang bersifat aktif, konstruktif, dan penuangan makna. Pada saat menulis, siswa melakukan kegiatan berpikir untuk menuangkan ide atau gagasannya berdasarkan skemata awal atau pengalaman dan pengetahuannya dalam dunia nyata ke dalam bentuk bahasa tulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah, mempertimbangkan, mengatur, dan menata ulang gagasan-gagasan sehingga tulisan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

Leave a Reply